NADA SUMBANG DARI DALAM MASJID
Gw setuju banget penggunaan Toa Masjid diatur. Bukan membatasi suara adzan, yaa? Mohon dipisahkan kedua masalah ini. Sejak kecil tinggal selalu berada dekat dengan masjid, selalu senang berada di masjid, bahkan gw pernah jadi ketua remaja masjid. Udah gak kehitung berapa kegiatan yang gw bikin buat acara di masjid di seantero Jakarta. Buat gw masjid adalah tempat bermain yang menyejukan. Tapi memang belakangan, entah karena orang semakin jarang orang bersuara merdu masuk masjid untuk bersholawat, berdoa mengaji, tahrim dan mengumandangkan adzan jadi terdengar aneh. Terasa ada polusi suara.
Alhmarhum bapak gw masa hidupnya yang sakit-sakitan, sering mengeluhkan hal ini. Bukan adzan yang bapak keluhkan tapi lantunan tahrim sebelum adzan yang gak karuan. Satu hingga setengah jam sebelum adzan sudah ramai suara solawatan yang dlakukan anak-anak. Sambil bercanda berebut mic, tertawa dan teteriakan. Pekak rasanya kuping mendengar suara itu. Kadang juga suara ibu-ibu pengajian di siang hari bolong yang sepertinya juga asal saja menggunakan toa. Bapak gw sering tidak bisa istirahat karena suara suara ini. Sering juga gw komplain, tapi ya, begitu jawabannya,..
Gw sendiri kalo saja bersuara merdu melantunkan salawat, mengumandangkan adzan dan mengaji bisa jadi tidak akan protes, tapi melakukan sesuatu. Ya, masuk masjid dan mengambil alih mic biar Toa itu keluar suara yang indah. Yang belakangan akif ini kan kebanyakan anak-anak dan orang nekat karena memang tidak ada orang lagi yang melantunkan itu. Atau mungkin perlu dibayar kali biar mereka yang bagus-bagus suaranya itu masuk masjid.
Gw tidak menyalahkan anak-anak dan orang dewasa yang nekat dengan suara sumbangnya. Gw apresiasi usaha mereka. Dua jempol buat mereka. Harus ada seleksi memang siapa-siapa saja yang bisa menggunakan mic. Tapi ya siapa yang bakal diseleksi kalo yang ada orangnya itu itu saja. Kita memang harus kembali meramaikan Masjid. Yang pada protes suara yang keluar dari masjid dan bersuara merdu baiknya melakukan sesuatu. Atau setidaknya memberikan pelatihan buat mereka yang kepengen memegang mic.
Kalo saja gw masih jadi ketua remaja masjid pasti gw akan bikin pelatihan ini. Biar mereka remaja remaja yang keranjingan game online dan rajin posting di sosmed masuk masjid. Jadikan masjid sebagai tempat kegiatan mereka. Bukan hanya duduk nongkrong dipinggir jalan, pengkolan atau ngumpat dalam kamar.
Bagus juga gw pikir ramai-ramai
soal Toa masjid ini. Semoga menyadari memang banyak masjid sekarang ini butuh pembenahan.
Apalagi jelang Ramadhan ini. Semoga juga para pengurus masjid ngeh bahwa memang
ada yang perlu diperbaiki. Buat gw mau setengah jam atau satu jam sebelum adzan
ada lantunan salawat gak masalah, asal suara yang melantunkan merdu, mengilhami
dan menggetarkan jiwa. Tapi kalo suara itu cempreng, hanya bercanda, suara
tinggi tanpa nada asal-asalan, siapa yang kesal dan jengkel mendengarnya? (Imam Nugroho)
Comments
Post a Comment