SURAT TERBUKA BUAT KAPOLRI

 


Kepada Yth Bpk Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Salam hormat,  pak! Semoga bapak senantiasa dalam lindungan Allah SWT dalam menjalankan tugas sebagai Kapolri.

Langsung saja pak Listyo. Saya panggil pak Listyo saja, yaa. Soalnya klo Sigit, seperti nama adik saya. Begini, pak.  Itu soal Tragedi Kanjuruhan gimana? Ampe surat ini saya buat, blom ada siapa yang bertanggungjawab dari pihak kepolisian. Katanya, masih dicari dalangnya. .

Saya menyambut baik dan mengapresiasi langkah bapak mencoipot Kapolres Kabupaten Malang. Tapi, iya, masa cuma Kapolres, pak? Kompolnas, dalam penyelidikan awal sudah menyebut, tidak ada perintah dari Kapolres untuk melepaskan gas air mata kearah penonton. Dugaanya, ada pejabat lain yang didalam stadion yang memerintahkannya. Itu siapa, pak? Dalam konfrensi pers beberapa jam setelah kejadian, Kapolda Jatim malah sebut tembakan gas air mata sudah sesuai prosedur. Massa sudah mulai anarkis, katanya.

Polisi bukan kali ini saja, pak, mengamankan pertandingan sepakbola. Mereka pasti tahu bahwa penembakan gas air mata itu dilarang oleh FIFA. Ini kerumunan massa penonton sepakbola dalam stadion, pak. Bukan segerombolan pendemo. Apapun alasannya, gak diperkenankan gas air mata dilepaskan di dalam stadion. Masih ada dan banyak cara yang lebih baik untuk mengendaikan massa dalam stadion. Polisi pasti tahu itu, pak. Kalo benar seperti yang dikatakan PSSI, polisi menganggap punya SOP sendiri soal penembakan gas air mata dalam stadion, itu memalukan, pak. Polri jadi bahan tertawaan masyaakat dunia.

Bapak baca, gak, berita media-media online luar negeri? Tragedi Kanjuruhan itu memalukan, pak. Bagi Kepolsian Republik Indonesia terutama. Bapak selain harus bersikap tegas, juga harus cepat mengatasi masalah ini. Kalo enggak, kacau pak. Polisi makin tidak dipercaya oleh rakyat Indonesia, terlebih setelah kasus Ferdy Sambo.

Saya percaya bapak polisi baik. Takdir membawa bapak menjadi Kapolresta Solo, lalu menjadi ajudan Presiden. Terus lanjut menjadi Kapolda Banten, Kadiv Propam, Kabareskrim hingga menjadi orang nomor satu di kepolisian. Saya tahu, bapak tidak kepikiran bahkan mimpi menjadi Kapolri sebelumnya. Apalagi harus melangkahi beberapa angkatan diatas bapak. Berat emang, pak, memimpin senior-senior. Itu terlihat dari banyak kebijakan bapak yang terhambat karena hal itu.

Tapi bukan berarti gak bisa, pak. Bapak didukung rakyat Indonesia, pak. Belum lagi dari korps bapak sendiri. Bapak kuat, punyak hak solid membersihkan Polri dari kekuatan jendral-jendral yang merasa sakti, pak. Ferdy Sambo saja bapak mampu. Kasus Sambo, juga, kan karena dia merasa sakti. Dia merasa bisa seenaknya dan mengatur suka-suka dengan mengndahkan norma-norma hukum.

Hal serupa juga sepertinya terjadi di Kanjuruhan. Kalo saja oknum-oknum ini memahami hukum, aturan ketertiban, gak mungkin bisa seenaknya memerintahkan aparat melepaskan tembakan gas air mata. Karena ada yang merasa sakti ini jadi semua terjadi.  Fatal pak, ratusan orang mennggal dunia. Banyak anak-anak dan perempuan jadi korban.  Bahkan polisi sendiri menjadi korban.

Lebih kacau lagi, pak, itu ada anak yang mengupload video Kanjuruhan diamankan (bacal diculik) tanpa surat penangkapan resmi. Anak itu cuma cleaning service, pak. Pekerja kasar yang juga Aremania, yang hanya menggunggah video kepanikan di pintu keluar yang terkunci di media sosial.  Dia diiamankan saat mau berangkat ke Jakarta, untuk menghadiiri undangan salah satu media. Emang sudah dibantah, tapi mana ada yang percaya, pak? Itu kerjaan siapa, pak? Atas perintah siapa? Mereka ini bukan musuh negara, pak. Masa ditangkap tanpa ada surat perintah, ditanyai macam-macam atau malah dintimidasi. Misal ini pernah dilakukan beberapa waktu lalu di kasus berbeda dan gak ada masalah, bisa saja dianggap wajar, ini keterlaluan, pak. Ini soal kemanusiaan, pak. Bukan hanya disorot se Indonesia, tapi seluruh dunia.

Segera ambil tindakan, pak. Bapak turun tangan langsung sendiri aja lidik dan nyidik, seperti kasus Sambo. Saya sebagai masyarakat awam saja paham dan tahu siapa yang pantas dihukum dalam tragedi ini.  Jangan cuma sanksi etik, pak. Ini bisa dikenakan Pasal 359 KUHP.  Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.  Jangan hanya konandan lapangan, pak, yang dihukum. Mereka hanya menjalankan perintah.

Pak Listyo masih lumayan lama ini keknya mimpin Polri. Jadi aman, pak. Bapak harus berani membersihkan Polri dari aparat-aparat yang merasa sakti diatas hukum, pak. Bapak akan dikenang sebagai “Legend” di kepolisian, bila mampu melakukan hal itu. Bukan gak mungkin, suatu saat, wajah bapak dibuat patung di Mabes Polri. Bapak akan dikenang dan dicontoh polisi-polisi muda berikutnya dimasa mendatang.

Saya juga dari keluarga polisi, pak. Bapak dan kakek saya polisi. Sedih melihat perkembangan polisi sekarang ini. Slogan Melindungi dan Melayani sudah jauh dan dilupakan oleh oknum-oknum di instansi bapak. Saya yakin dan percaya masih banyak polisi-polisi baik. Teman dan keluarga saya banyak polisi, pak. Dari perwira tinggi ampe bintara. Kepala Rumah Tangga (Karunga) bapak,  AKP Dodin Awaludn, itu teman saya, pak. Bpk bisa tanya ybs siapa saya. Dia perwira polisi yang baik pak, saya tau dan masih banyak yang seperti AKP Dodin.  

Sedih, pak, melihat aksi oknum-oknum bapak belakangan ini. Peretasan akun, kekerasan demi kekerasan, verbal atau non verbal terhadap masyarakat kerap terjadi. Belum lagi dugaan kriminalisasi . Saya tahu itu ada sejak dulu, tapi tidak semasif dan terstruktur seperti sekarang. Selain makin banyak polisi yang merasa sakti. keknya banyak juga insubordinasi sekarang ini. Banyak oknum yang punya atasan diluar institusi atau pensiunan yang masih ingin mengendalikan institusi. Jadi, ya, seperti sekarang banyak oknum yang merasa sakti dan kebal hukum.

Kembalikan Polri kepada rakyat, pak. Yang Melindungi dan Mengayomi. Menyatakan kritik dan pendapat saja banyak orang yang takut, pak, sekarang ini. Seperti ada kekuatan lain diluar struktur yang ingin Polri dalam kuasanya. Yang menjadikan polisi sebagai alat atau mesin poitik kekuasaan. Bapak memang punya atasan presiden, tapi atasan bapak sesungguhnya adalah rakyat.

Bapak bisa mendengar semua masukan sebelum mengambil keputusan. Tapi, saya yakin bapak akan mendengar hati nurani bapak. Segera ambil tindakan, pak. Apa yang terjadi di Kanjuruhan sudah menjadi sorotan dunia. Penetapan tersangka memang tidak bisa mengembalikan kerugian nyawa yang melayang akibat tragedi ini. Tapi setidaknya sedikit mengobati luka keluarga korban juga rakyat Indonesia pada umumnya.  Yang utama, bisa mengembalikan kepercayaan publik kepada Polri.

Demikian, pak, untuk menjadi perhatian, surat terbuka saya. Semoga bapak membacanya. Saya bukan siapa-siapa, pak. Hanya bagian kecil dari keluarga besar Polri, rakyat Indonesia dan pencinta sepakbola. 

Jakarta, 06 Oktober 2022

Imam Nugroho

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

KETIKA PEJABAT TINGGI BERLOMBA SUNTIK VAKSIN BOOSTER

KISAH VERZET, TIM SEPAKBOLA PALING BERANI IBUKOTA